Sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945, bentuk pemerintahan di nusantara ini adalah kerajaan-kerajaan. Salah satu kerajaan yang pernah berjaya yaitu kerajaan mataram kuno yang terletak di Jawa Tengah. Disebut dengan kerajaan mataram kuno karena digunakan untuk membedakan dengan kerajaan Mataram Islam yang berdiri setelahnya. Kerajaan mataram kuno ini lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Medang atau kerajaan Hindu. Adapun penjelasan mengenai sejarah kerajaan mataram kuno yang akan dibahas dalam artikel ini meliputi awal berdirinya, sumber sejarah, struktur pemerintahan, kehidupan sosial dan ekonomi, serta runtuhnya kerajaan mataram kuno.
Awal Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Salah satu petunjuk mengenai adanya kerajaan mataram kuno ini yaitu Raja Medang I Bumi Mataram. Sebutan mataram sendiri merupakan nama daerah penting yang dijadikan sebagai pusat kerajaan. Kerajaan ini diketahui berdasarkan Prasasti Mantyasih yang ditemukan. Pada prasasti tersebut tertulis angka 907 dan menyebutkan bahwa penguasa pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Gelar ratu tersebut bukan berarti bahwa penguasa kerajaan adalah seorang perempuan. Istilah tersebut merupakan istilah asli nusantara yang digunakan untuk menyebut seorang penguasa. Selain istilah Ratu, dapat juga digunakan istilah Rakai dan Bhre.
Ratu Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti canggal yang menyebutkan bahwa terdapat raja yang memerintah Pulau Jawa sebelum dirinya, tanpa menyebutkan secara jelas nama kerajaannya. Nama raja tersebut adalah Sanna yang dikenal dengan Bratasena. Sanna sendiri merupakan raja dari kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari kerajaan sunda.
Purbasora telah menggulingkan kekuasaan Sanna dari tahta Kerajaan Galuh yang selanjutnya Sanna melarikan diri ke Kerajaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa. Tarusbawa sendiri adalah raja dari Kerajaan Sunda. Selanjutnya, Tarusbawa mengambil Sanjaya, keponakan Sanna, sebagai menantunya. Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan Galuh kembali setelah naik tahta. Kerajaan Mataram Kuno selanjutnya didirikan oleh Sanjaya ketika sudah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh, dan Kalingga. Hal tersebutlah yang menjadi awal berdirinya Kerajaan Mataram Kuno.
Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Sumber utama yang menunjukkan berdirinya kerajaan mataram kuno yaitu berbentuk prasasti dan candi. Prasasti dan candi-candi tersebut masih dapat ditemui sampai sekarang ini. Prasasti yang menjadi bukti akan berdirinya kerajaan mataram kuno antara lain:
- Prasasti canggal yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa canggal. Pada prasasti tersebut bertuliskan angka tahun 732 M. Tulisan pada prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta. Prasasti ini bercerita tentang pendirian Lingga (lambang syiwa) di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Selain itu, juga menceritakan mengenai raja sebelumnya yang digantikan oleh Raja Sanjaya adalah Sanna, saudara dari Ibu Sanjaya.
- Prasasti Kalasan yang ditemukan di Desa Kalasan Yogyakarta. Pada prasasti ini bertuliskan angka 778 M dalam huruf pranagari (India Utara) dan Bahasa Sansekerta. Prasasti ini bercerita tentang pendirian bangunan suci untuk Dewi Tara dan Biara oleh Raja Pangkaran atas permintaan Keluarga Syaelendra. Selain itu, Panangkaran juga menghadiahkan Desa Kalasan kepada para Sanggha (umat Budha).
- Prasasti Mantyasih yang ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah. Pada prasasti ini bertuliskan angka 907 M menggunakan bahasa jawa kuno. Prasasti ini berisi tentang silsilah raja-raja mataram yang mendahului Rakai Watukara Dyah Balitung atau Raja Sanaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, dan Rakai Watuhumalang.
- Prasasti Klurak yang ditemukan di Desa Prambanan. Pada prasasti ini bertuliskan angka 782 M menggunakan huruf Pranagari dan Bahasa Sansekerta. Prasasti ini bercerita tentang pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Sedangkan candi-candi yang menjadi peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno sehingga dapat digunakan sebagai sumber sejarah, yaitu Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, serta Candi Borobudur.
Struktur Pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno
Pemimpin tertinggi dari kerajaan Mataram Kuno adalah Raja. Ketika Sanjaya menjadi raja pertama kerajaan, gelar yang digunakan adalah Ratu. Sementara itu, gelar Ratu ini diganti dengan gelar Sri Maharaja pada masa kekuasaan Rakai Panangkaran dari Wangsa Syailendra. Gelar Sri Maharaja ini tetap dilestarikan oleh Rakai Pikatan meskipun Wangsa Sanjaya berkuasa kembali. Hal tersebut dapat dilihat dari daftar raja-raja pada Prasasti Mantyasih yang menyebutkan hanya Sanjaya saja yang bergelar sang Ratu.
Jabatan tertinggi setelah raja adalah Rakryan Mahamantri i Hino yang kadang ditulis dengan Rakryan Mapatih Hino. Jabatan tersebut biasanya dipegang oleh putra atau saudara raja yang memiliki peluang untuk bisa naik tahta. Jabatan sesudah ini secara berturut-turut, yaitu Mahamantri i Halu dan Mahamantri i Sirikan. Jabatan-jabatan ini masih berlaku pada masa kerajaan majapahit namun hanya sekedar gelar kehormatan saja. Jabatan tertinggi selanjutnya ialah Rakryan Kanuruhan sebagai pelaksana perintah Raja, semacam perdana menteri pada masa sekarang.
Adapun raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno, antara lain :
- Sanjaya, sebagai pendiri Kerajaan
- Rakai Pananglaran, yang merupakan awal berkuasanya wangsa Syailendra
- Rakai Panunggalan dengan nama alias Dharanindra
- Rakai Warak dengan nama alias Samaragrawira
- Rakai Garung dengan nama alias Samaratungga
- Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, yang merupakan awal kebangkitan wangsa Sanjaya kembali
- Rakai Kayuwangi dengan nama alias Dyah Lokapala
- Rakai Watuhumalang
- Rakai Watukudura Dyah Balitung
- Mpu Daksa
- Rakai Layang Dyah Tulodong
- Rakai Sumba Dyah Wawa
- Mpu Sindok yang merupakan awal periode kekuasaan di Jawa Timur
- Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
- Makuthawangsawardhana
- Dharmawangsa Teguh, yang merupakan raja terakhir kerajaan Mataran Kuno.
Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Hindu-Budha di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh kehidupan politik di masa kerajaan-kerajaan. Sumber-sumber cerita Cina menceritakan tentang keadaan mayarakat Mataram dari abad ke-7 sampai ke-10. Pada saat itu, kegiatan perdagangan dalam negeri maupun luar negeri berlangsung ramai. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya barang-barang keramik dari Vietnam dan Cina. Selain itu, berdasarkan cerita Dinasti Tang, yaitu Kerajaan Mataram merupakan kerajaan besar yang ada di Pulau Jawa.
Pada masa kerajaan Mataram Kuno ini, penduduk pribumi dan warga asing memiliki status yang berbeda. Warga asing yang tinggal di Mataram harus membayar pajak yang lebih mahal dari pada penduduk pribumi. Warga asing tersebut dimungkinkan merupakan saudagar-saudagar dari luar negeri yang sebagian besar adalah kaum imigran dari Cina. Cerita tersebut tertulis pada Prasasti Warudu Kidul. Akan tetapi, prasasti ini tidak bercerita lebih detail mengenai orang asing ini.
Mata pencaharian masyarakat mataram pada umumnya adalah petani. Bidang pertanian menjadi sumber kehidupan bagi penduduk mataram karena letaknya di pedalaman bukan di pesisir pantai. Selain bertani, beberapa diantara mereka juga ada yang berprofesi sebagai peternak, pedagang, dan juga pengrajin. Kegiatan perdagangan di pasar pada saat itu tidak dilakukan setiap hari melainkan dilakukan secara bergilir berdasarkan tanggal pasaran di kalender jawa kuno. Pada hari-hari pasaran ini, desa menjadi pusat perdagangan yang ramai dikunjungi oleh penjual dan pembeli dari desa lain. Mereka datang melalui transportasi darat maupun sungai dengan membawa barang-barang dagangannya seperti beras, buah-buahan dan ternak untuk dibarter dengan kebutuhan yang lain.
Selain perdagangan dan pertanian, industri rumah tangga juga sudah berkembang pada masa kerajaan ini. Beberapa hasil produksi industri tersebut antara lain anyaman, perkakas dari besi, emas, tembaga, perunggu, pakaian, gula, kelapa, arang, dan kapur sirih.
Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
Runtuhnya kerajaan mataram kuno dipicu oleh permusuhan antara Jawa dan Sumatera. Kala itu, di Sumatera berdiri kerajaan Sriwijaya yang rajanya adalah Balaputradewa. Balaputradewa memiliki dendam kepada Kerajaan Mataram Kuno. Dendam tersebut terjadi akibat pengusiran Balaputradewa oleh Raja Pikatan karena Balaputradewa tidak setuju apabila Pikatan menjadi raja di Kerajaan Mataram Kuno. Akhirnya Balaputradewa melarikan diri ke Sumatera dan menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya nantinya. Permusuhan menjadi permusuhan turun temurun pada generasi selanjutnya antara Kerajaan Mataram Kuno dan Kerajaan Sriwijaya.
Balaputradewa mencoba membalaskan sakit hatinya dengan Kerajaan Mataram Kuno melalui ketangguhan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Mataram Kuno setelah kekuasan Dyah Balitung semakin berkembang ke bawah. Hal tersebut diperparah dengan dengan adanya bencana alam dan serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Karena hal itu, Mpu Daksa yang merupakan keturunan dari Wangsa Sanjaya mengkudeta Dyah Balitung yang membuat Kerajaan Mataram Kuno semakin goyah dari dalam maupun dari luar. Hal tersebut berdampak pada dipindahnya pusat kerajaan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok yang saat itu menjabat sebaga Rakryan i Hino. Akan tetapi, setelah pemindahan tersebut, kerajaan Sriwijaya semakin menginjak-injak kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno melalui sekutunya di Jawa. Akhirnya Sriwijaya mengakhiri kekuasaan Mataram Kuno di tahun 1016 M sebagaimana yang disebutkan di prasasti Pucangan.
Demikianlah sejarah Kerajaan Mataram Kuno yang dapat dikisahkan dalam artikel ini. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari sebuah sejarah untuk pelajaran hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.